Si Pitung lahir dari pasangan Bang Piun dan Mpok Pinah. Sejak kecil Pitung sudah diajari agama oleh kedua orang tuanya. Mengaji merupakan kegemaran Pitung.
Pitung juga tidak lupa belajar ilmu bela diri Ia belajar pencak silat dari guru yang bernama Haji Naipin. Dari gurunya itu Pitung mendapat ilmu kekebalan tubuh. Tubuh Pitung tidak mempan jika terkena senjata tajam apapun. Semua kepandaian yang dimiliki Pitung, tidak membuat pitung menjadi sombong dan besar kepala.
Ia tetap rendah hati dan suka menolong.
Memasuki usia dewasa, ia melihat penderitaan orang-orang yang menjadi korban kekejaman pasukan kompeni. Setiap hari Pitung mendapati orang-orang yang kelaparan atau dirampas hartanya oleh Kompeni.
Tidak kuat menghadapi semua yang dilihatnya, Pitung akhirnya bertekat merampok harta kekayaan yang dimiliki kompeni.
Pitung akan memberikan harta kekayaan yang dimiliki kompeni. Pitung akan memberikan harta rampokan kepada para penduduk yang kesusahan.
Kompeni akhirnya tahu bahwa semua ini adalah pekerjaan orang yang bernama Pitung.
Dengan licik, kompensi menangkap kedua orang tua Pitung, dan guru silatnya. Pitung muncul dan menyerahkan diri.
Pitung akhirnya dijatuhi hukuman mati. Pitung pasrah dihadapan regu tembak. Saat peluru ditembakkan, tidak ada luka yang tergores di tubuh Pitung, seluruh badan Pitung ternyata kebal peluru tajam.
Kompeni tidak kehilangan akal. Kompeni menyiksa kedua orang tua Pitung dan guru silatnya. Oleh karena tidak tahan disiksa, akhirnya guru silat si Pitung memberitahu rahasia kekebalan dan kesaktian di tubuh si Pitung.
Pitung harus kembali berhadapan dengan regu tembak. Rahasia si Pitung sudah diketahui kompeni. Maka saat ditembak, si Pitung tewas dihadapan regu tembak.
Penduduk Betawi berduka cita. Tapi semangat Pitung akan tetap digelorakan oleh penduduk.
Semangat untuk menolong, berbagi, dan mau berkorban untuk orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar